Sabtu, 03 Oktober 2009

MENABUNG VERSUS INVESTASI TERNAK

Menabung adalah menyimpan harta kekayaan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan di masa depan tanpa ada niat untuk menimbun harta. Kita menabung misalnya adalah untuk membeli rumah, menyiapkan biaya pendidikan anak-anak, rencana naik haji, cadangan biaya kesehatan, ataupun untuk berjaga-jaga apabila ada kebutuhan mendadak.

Karena tabungan pada dasarnya adalah harta untuk kepentingan masa depan, atau dengan kata lain harta disimpan, maka tabungan tersebut harus memenuhi esensi yang paling utama, yaitu AMAN. Aman disini adalah aman secara fisik, maupun aman secara nilai. Aman secara fisik maksudnya adalah harta kita tersebut haruslah tidak berubah, tidak hilang, dan bisa dimanfaatkan kapan saja kita inginkan. Sedangkan aman secara nilai maksudnya adalah harta tersebut haruslah tetap daya beli-nya atau nilai tukarnya meskipun disimpan selama bertahun-tahun lamanya.

Pada saat ini, apabila disebut kata “tabungan”, maka yang terbersit di sebagian besar benak seseorang adalah “bank”. Menabung haruslah di bank, tidak bisa dikatakan “menabung” bila tidak di bank. Itulah anggapan umum yang terjadi di masyarakat dewasa ini, khususnya masyarakat perkotaan. Pertanyaannya, benarkah bank hanyalah satu-satunya cara yang feasible untuk menabung dan menyimpan harta? Mari kita bahas dengan singkat

1.konstrain pertama, tabungan di bank haruslah AMAN secara fisik:

Untuk mengetahui apakah harta kita aman di bank, sebelumnya kita harus terlebih dahulu mengetahui bagaimana proses bisnis sebuah bank itu berjalan. Hampir semua bank yang ada di dunia ini (bank konvensional) menerapkan sistem yang disebut dengan fractional reserve banking. Apakah itu fractional reserve banking? Fractional reserve banking secara sederhana adalah suatu sistem dimana sebuah bank tidak perlu menyimpan (me-reserve) seluruh tabungan dari nasabah yang dideposit-kan kepadanya, namun cukup sebagian kecil saja (fractional). Jumlah dana cash yang dicadangkan oleh bank untuk para nasabahnya hanya berada di kisaran < 20%. Itu artinya, apabila terjadi bank run, nasabah berbondong-bondong menarik uangnya di bank, maka yang berhasil mendapatkan tabungannya kembali hanyalah < 20% dari keseluruhan total nasabah. Misalnya dari 100 orang nasabah, hanya kurang dari 20% yang bisa mengambil dananya kembali. Dengan demikian, amankah tabungan anda?

2.Konstraint kedua, tabungan haruslah aman nilainya:

Menabung di bank berarti menyimpan harta dalam bentuk fiat money (uang kertas, uang kosong, uang kepercayaan). Kita tahu bahwa pada dasarnya fiat money adalah bentuk uang/alat tukar yang sama sekali tidak mempunyai nilai intrinsik. Fiat money harus benar-benar dijaga oleh otoritas tertentu supaya tetap mempunyai nilai tukar (tetap berharga) disamping nilai intrinsiknya yang mendekati nol. Berhasilkah usaha ini? Setiap tahun kita jumpai bahwa nilai tukar fiat money secara umum selalu mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dengan kata lain, usaha otoritas mempertahankan nilai daya beli fiat money tidaklah sepenuhnya berhasil. Karena kondisi inilah, maka ada hal yang harus diwaspadai bagi masyarakat yang menyimpan hartanya dalam bentuk fiat money di bank, yaitu penurunan nilai mata uang atau inflasi. Inflasi membuat nilai daya beli harta dalam tabungan semakin lama semakin berkurang, bahkan meskipun sudah di-”kompensasi” dengan bunga deposito sekalipun. Kenapa demikian? Sebab bunga deposito yang paling tinggi-pun nilainya selalu dibawah inflasi. Contoh: sekarang bunga deposito 8%, sedangkan tingkat inflasi 12%.


Berternak adalah kegiatan memelihara segala jenis binatang yang bertujuan diambing produksinya, berupa daging, susu atau telur.
Investasi Ternak adalah menanamkan modal / dana untuk membeli hewan untuk dipelihara hingga mengghasilkan produksi / keuntungan bagi sipemilik modal (investor).

Untuk mengetahui mana yang lebih menguntungkan antara Menabung dengan ber Investasi Ternak, berikut ilustrasinya :

si A mempunyai dana sebesar Rp. 100.000.000 (seratus juta) & ditabung ke Bank. Tabungan ini berada dalam bentuk deposito dengan bunga 8% per tahun. Pada akhir tahun pertama, uang tabungan si A menjadi bertambah Rp. 8.000.000 menjadi Rp. 108.000.000. Si A merasa senang sekali sebab uangnya bertambah Rp. 8 juta tanpa harus bekerja ataupun membanting tulang, cukup duduk-duduk saja di rumah dan uangnya bertambah dengan sendirinya.
Si B mempunyai dana sebesar Rp. 100.000.000 (seratus juta) & dinvestasikan ke ternak sebanyak 100 ekor.

Kemudian mari kita analisa, siapakah yang akan mendapatkan keberuntungan?

Kita mulai dari menganalisa si A :

Seperti yang telah disebutkan bahwa suku bunga selalu berada di bawah inflasi. Ketika suku bunga deposito sebesar 8%, maka sebenarnya tingkat inflasi berada jauh di atas itu, yaitu (katakanlah) 12%. Suku bunga deposito tidak bisa menkompensasi nilai inflasi. Akibatnya adalah purchasing power dari tabungan Si A menurun meskipun secara nominal nilainya bertambah. Supaya lebih jelas, mari kita membuat sebuah perhitungan sederhana:

Awal tahun menabung, tabungan si A adalah Rp. 100 juta. akhir tahun pertama, tabungan si A bertambah karena bunga deposito menjadi Rp. 108 juta. Akan tetapi, harga kambing telah naik 12% karena inflasi menjadi Rp. 1,12 juta per ekor. Harta tabungan Si A sekarang hanya bisa dipakai untuk membeli 96,4 ekor kambing.

Akhir tahun kedua, tabungan Si A bertambah lagi menjadi Rp. 116.640.000,-. Harga kambing juga naik karena inflasi menjadi Rp. 1.254.400. Sekarang tabungan si A hanya bisa dipakai untuk membeli kambing 92,98 ekor.

Akhir tahun ketujuh, tabungan Si A bertambah menjadi Rp. 171.382.427,-. Harga kambing Rp. 2.210.681,-. Pada posisi ini, Tabungan Si A yang telah bertambah-tambah karena deposito, hanya bisa dipakai untuk membeli 77,52 ekor kambing saja..

Analisa untuk si B :

Dana sebesar Rp. 100.000.000 (seratus juta) yang dinvestasikan ke ternak, Harga seekor kambing adalah Rp. 1 juta / ekor. dana Si B bisa digunakan untuk membeli 100 ekor kambing( 50 pasangan ).

Di tahun pertama jumlah kambing si B menjadi 200 ekor, dengan rincian : dalam 1 tahun, 1 Pasangan Kambing tersebut akan menghasilkan 2 ekor anak (minimal) = 2 x 50 = 100 ekor, sehingga dalam 1 tahun ternak si B berjumlah 200 ekor ( 100 ekor investasi awal & 100 ekor hasil ternak ), & jika di uangkan dengan keuntungan minimal =, 200 ekor x Rp.1.000.000,- = Rp. 200.000.000,- ( dua ratus juta rupiah ).

Kesimpulan :

Terlihat bahwa semakin lama, harta Si A sebenarnya bukannya bertambah, malah justru berkurang. Tahun pertama harta si A Rp. 100 juta bisa membeli 100 ekor kambing, tetapi pada akhir tahun ketujuh, harta si A sebesar Rp. 171,3 juta hanya bisa dipakai untuk membeli 77,52 ekor kambing. Selama 7 tahun, harta riil si A telah berkurang 22,48%, padahal nilai semu-nya bertambah lebih dari 71%.

Keberhasilan si B pada tahun pertama saja sudah jauh meninggalkan keuntungan si A, yaitu si B Rp.200.000.000 & si A hanya Rp. 108.000.000,-

dengan kenyataan ini, masihkah si A merasa beruntung mendapatkan bunga deposito 8% / tahun? Amankah nilai tabungan si A bila disimpan di deposito?

Nah, dari ilustrasi diatas pasti anda sudah dapat mengambil kesimpulan sendiri mana yang lebih menguntungkan antara Menabung versus Investasi Ternak ???

“ Bertindaklah segera…., ingat, gagal dalam merencanakan = merencanakan kegagalan “

Tidak ada komentar:

Posting Komentar